Jumat, 30 November 2012


Assalamu’alaikum Wr.Wb

Hari ini, Minggu 25 November 2012 ini hari HUT PGRI yang pertama yang aku rasakan bersama guru-guru. Biasanya aku ikut merayakan HUT PGRI sebagai siswa, tetapi kini lain, aku merasakan HUT PGRI sebagai guru.

Aku kini tergabung dalam dewan guru SMP IT Nurul Ilmi ‘Aini, aku diamanahkan sebagai guru Kepanduan Pramuka SIT. Meskipun katanya terbilang sama, tetapi ada bagian-bagian yang jelas beda dengan Gerakan Pramuka pada umumnya.

Dalam HUT PGRI, aku baru mengetahui ternyata ada rangkaian-rangkaian acara yang ditekankan oleh Dinas Pendidikan. Baik itu Upacara Kepala Sekolah, Lomba-lomba gerak jalan dan juga Upacara hari senin pun dwan guru yang bertindak sebagai petugas upacaranya.

Hari ini, Pagi tadi tepat pukul 06.00 WIB aku berangkat dari rumah untuk mengikuti rangkaian-rangkaian acara tersebut, yaitu lomba gerak jalan. Dimana disitu aku bertindak sebagai pemimpin barisan. Hmmm... lucu sekali, aku sebenarnya tidak pede ketika aku harus mengatur barisan dan mengarahkan barisan dimana didalam barisan-barisan itu adalah orang-orang yang lebih tua dari aku. Tapi mau dikata gimana lagi (lagu yovie nuno edit dikit. Haha) yasudah, kita laksanakan saja tugas ini sampai tuntas.

Dengan pakaian atas seragam pembina kepanduan SMP IT Nurul Ilmi ‘Aini (orange) dipadukan dengan rok dan celana dasar coklat pramuka. Tapi si bu Ida malah salah kostum, pakai rok krem (hhhh). Jilbab ibu-ibunya pun diseragamkan dengan warna coklat sewarna dengan warna celana/rok. Kami kompak menggunakan sepatu hitam. Dengan kesewarnaan ini terasa serasi,kami bak cahaya matahari petang menjelang adzan maghrib dilautan yang sunset terlihat dengan jelas disana. Indah sekali ketika kami berpas-pasan dengan guru-guru lain yang memakai seragam biru.

Namanya juga sedang merintis pendidikan yang disiplin, jadi yaaaaaaaahhhh wajar lah dalam rangkaian acara keguruan ini saja pun acaranya agak ngaret. Kami berada di 2 barisan agak terakhir ketika itu. Kami santai saja, kami pun bisa bersenda gurau, sempet kami sedikit mengeksiskan diri. Kami  narsis, foto-foto, tapi sesuai survey ternyata ibu-ibu itu jauh lebih jago menarsiskan diri didepan kamera (hhehehehe). Karena tidak mau kalah, saya yang masih berjiwa mudpun ikut gabung dalam foto.



“Hidup guru”.... (hidup)

“Selamat HUT PGRI”.... (tepuk tangan)

“3....2.....1..... YAKK!!”

Kami pun melangkahkan kaki pertama didepan panitia start. Dengan  iringan doa awal kami berangkat, kami melangkahkan kaki kiri yang pertama dan berbarengan dengan tangan kanan kedepan. Awal kami melangkah saja kami sudah didahului dari guru-guru sekolah lain. Awal yang buruk buat kami, langkah kami acak-acakan, barisan tidak kompak, pokoknya diluar didugaan dari semula.Bu Ida pun melepaskan sepatunya yang kemmudian dititipkan di tas aku. Melintasi juri pertama oke.. kedua oke... ketiga lumayan.. keempat cukup... kelima aduhhhh.... dan ketika 100 meter sbelum kami sampai garis finish kami baru menemui langkah kompak kami. “kiri..kiri...kiri...kanan...kiri”.





Alhamdulillah sampai juga. Air minum satu botol pelepas dahaga dan roti sebagai suplay energi baru dilengkapi dengan yakult. Kencang kami rasakan degupan jantung ketika itu. Tapi senda gurau tetap ada. Kata-kata yang entah lucu atau tidak pun terasa begitu lucu-lucu saja. Selesai itupun kami lanjut makan bubur dan tekwan. Waaahh enak, seru dan lucu.
Setelah itu kamipun pulang kerumah masing-masing. Tak lupa kami besok akan menjadi petugas ketika upacara bendera.







Terima kasih wahai Zat yang mengizinkan kami untuk bertemu. Terima kasih wahai Zat yang menjaga iman kami. Terima kasih wahai Zat yang kami pasrahkan hidup dan mati kami. Semoga ini dapat menguatkan ukhuwah diantara kami. Semoga acara ini dapat menunjang kepercayaan diri diantara kami ketika mengajar. Semoga gerak jalan ini sebagai penguat jasadiyah kami. Semoga jalannya kami tadi sebagai bentuk rasa syukur kami. Semoga jalannya kami tadi sebagai bentuk sedekah dari sendi-sendi kami. Semoga keringat yang keluar dari tubuh kami sebagai saksi bahwa keringat itu keluar dari niat yang baik, bukan dengan niat yang buruk. 
Amin.....amin Ya Rabbal ‘alamin.

Rabu, 14 November 2012

Laporan mollusca 1




MOLLUSCA 1
(Laporan Avertebrata Air)




Oleh
Surya Edma Syaputra
1114111051





JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012





SOAL :
1.    Kelas Polyplacophora – Chiton sp.
Bagaimana chiton merespon cahaya dan atau sentuhan ?
Bagaimana chiton bergerak ?
Bagaimana chiton melindungi diri dari predator dan lingkungan yang keras ?
2.    Kelas Scaphopoda
Bagaimana scaphopoda berorientasi terhadap sedimen ? Tunjukkan bagian anterior dan posteriornya dengan gambar ilustrasi (berdasarkan buku teks) lalu beri keterangan !
3.    Kelas Bivalvia – Pinctada sp., Mytilus sp., Tridacna sp., Amusium sp., Pecten sp. Tuliskan berbagai variasi cangkang bivalvia pada berbagai family yang ditemui saat praktikum. Seperti ukuran, simetri, bentuk dan lain-lain !
4.    Kelas Gastropoda – Haliotis sp., Pomacea sp., Conus sp., Strombus sp. Amati satu spesies Gastropoda lalu gambar dan buat catatan tentang morfologi, alat sensor, organ respirasi, pergerakan, kebiasaan makan dan mekanisme pertahanan dirinya !
5.    Kelas Cephalopoda – Nautilus sp., Sepia sp., Loligo sp., Octopus sp. Buatlah tabel yang membandingkan subkelas nautiloidea, ordo Sepioidea, ordo Teuthoidea dan ordo Octopoda mengenai :
a.    Bentuk tubuh
b.    Cangkang
c.    Mekanisme pertahanan diri
d.    Reproduksi
e.    Cara makan
f.     Pergerakan
6.    Apa yang anda ketahui tentang “kelinci laut”, sebutkan nama ilmiahnya, termasuk dalam kelas apakah hewan tersebut !





JAWAB :
1. Klasifikasi :
Kingdom          : Animalia
Filum               : Mollusca
Kelas               : Amphineura
Ordo                : Polyplacophora
Famili              : Chitondae
Genus             : Chiton
Spesies           : Chiton sp
Chiton sp. merespon cahaya dan sentuhan dengan chiton akan menggulung dirinya untuk melindungi dirinya dari ancaman. Melakukan penggulungan karena bagian dorsalnya terdiri dari cangkang yang keras yang berbentuk seperti genting yang berjumlah 8. Penggulungan ini yang melindungi chiton dari ancaman dari pemangsa karena bagian dorsalnya akan melindungi bagian ventral yang lebih lunak. Pengulungan disebabkan karena adanya alat indra yang berupa esthestes pada bagian epidermis yang jika terkena sentuhan merespon ke sel saraf dan menuju ke otak kemudian di reaksikan dengan gerak menggulung.Esthetes kompleks membentuk ocellus sebagai fotoreseptor yang berguna sebagai rangsangan cahaya yang menyebabkan chiton menggulung pada rangsangan cahaya. esthetes merupakan alat indra utama karena chiton tidak mempunyai alat indara lain. Kemudian Chiton memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan melekat pada batu karang dan cangkang mirip hewan lainnya. Apabila disentuh, akan melekat erat pada batu karang. Hewan ini merayap perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola. Habitat Chiton sp ini adalah di laut, di daerah pantai sampai kedalaman sedang, dan memakan rumput laut dan mikro organisme dari batu karang (Anonim, 2011).
Kaki chiton sp terletak di permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak. Gerak merayap pada spesies ini sangat lambat karena disebabkan oleh gerakan bergelombang otot kaki seperti gerakan yang dimiliki oleh Bekicot. Bagian yang digunakan unutk melekat pada substrat adalah kaki dan gelang. Pada dasarnya kaki digunakan untuk melekat namun apabila ia diganggu, maka gelang yang berperan juga untuk melekat. Habitatnya di bawah laut. Habitat di bawah batu karang. Aktifitasnya dengan menggunakan sebagian dilakukan pada malam hari.
Chiton melindungi diri dari predator dengan cara membentuk cangkang. Dan cangkangnya tersusun seperti genting ( beberapa di antaranya memiliki ornamen duri-duri ), Ruang mantel dengan permukaan dorsal, tertutup oleh 8 papan berkapur . Dengan cangkangnya tersebut chiton dapat berlindung dari gangguan hewan lain dilingkungan tempat tinggalnya.

2. Scaphopoda merupakan kelas terkecil dari Mollusca. Hewan ini hanya hidup di laut atau di pantai yang berlumpur. Cangkangnya tajam, berbentuk silinder, taring, belalai atau terompet yang kedua ujungnya terbuka, karena disesuaikan dengan tempat hidupnya, yaitu di laut dan terpendam di dalam pasir / lumpur. Warna yang paling sering adalah putih - coklat atau putih - hijau. Cangkang ini berfungsi untuk melindungi tubuhnya yang sangat lunak. Hewan ini mempunyai kebiasaan membenamkan diri di pasir pantai.
Scaphopods bergerak dan mencari makanan dengan membenamkan kepala mereka kedalam sedimen. Untuk melakukan hal ini, hewan tersebut mengeluarkan otot kakinya, kemudian memperluas otot cakram yang mengelilingi ujung kaki. Setelah tersebar seperti jangkar scaphopod mulai menarik mangsa. Kaki untuk menggali lubang, disekitar mulut ada beberapa tentakel yang kontraktil dan bersilia disebut captula dengan ujung yang menjulur.
Salah satu spesies dari Scaphopods adalah Dentalium. Berikut adalah klasifikasinya :
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Mollusca
Class               : Scaphopoda
Ordo                :
Family             :
Genus             : Dentalium
Species           : Dentalium sp
Dentalium hidup dengan membenamkan tubuhnya di lumpur atau pasir. Tubuh ramping dan memanjang dorsoventral yang memudahkannya untuk membenamkan dirinya di sedimen. Tubuhnya diselubungi oleh mantel yang menghasilkan cangkok berbentuk tubular. Cangkok terbuka ujungnya, melengkung dan meruncing. Kakinya untuk menggali lubang sehingga ia dapat mengubur atau membenamkan tubuhnya. Disekitar mulut ada beberapa tentakel yang kontraktil dan bersilia disebut captula dengan ujung yang menjulur yang membuat kaki Dentalium dapat bergerak di lumpur atau sedimen walaupun kakinya terbenam. Dentalium memakan mikroplankton dan organisme kecil lainnya disekitar ia tinggal. Scaphopods bergerak dan mencari makanan dengan membenamkan kepala mereka kedalam sedimen. Untuk melakukan hal ini, hewan tersebut mengeluarkan otot kakinya, kemudian memperluas otot cakram yang mengelilingi ujung kaki. Setelah tersebar seperti jangkar scaphopod mulai menarik mangsa.
Berikut ini adalah bagian anterior dan posterior dengan ilustrasi gambar
3. Pada kelas Bivalvia, Bivalvia mempunyai dua keping cangkang yang setangkup yang diikat oleh ligamen sebagai pengikat yang kuat dan elastis. Ligamen ini biasanya selalu terbuka, apabila diganggu, maka akan menutup. Jadi, membuka dan menutupnya cangkang diatur oleh ligamen yang dibantu oleh dua macam otot, yaitu pada bagian anterior dan posterior. Berfungsi seperti engsel untuk membuka dan menutup cangkang dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot. Cangkang tersusun dari lapisan periostrakum, prismatik, dan nakreas. Pada tiram mutiara, jika di antara mantel dan cangkangnya masuk benda asing seperti pasir, lama-kelamaan akan terbentuk mutiara Tampak garis konsentris yang sejajar, garis ini disebut sebagai garis pertumbuhan yang menunjukkan masa pertumbuhan lamban atau tidak ada pertumbuhan. Garis ini berselang-seling dengan pita pertumbuhan yang menunjukkan pertumbuhan cepat. Semakin banyak garis dan pita pertumbuhan, maka makin tua umur hewan tersebut. Bagian cangkang yang paling tua biasanya paling tebal, menonjol, letaknya pada bagian persendiaan yang disebut umbo. Pada bagian posterior cangkang ada dua macam celah yang disebut sifon. Celah yang berada di dekat anus dinamakan sifon, berfungsi untuk keluar masuknya air dan zat-zat sisa. Sebaliknya sifon masuk terletak di bagian sebelah bawah sifon keluar yang berfungsi untuk masuknya oksigen, air, dan makanan (Anonim, 2011).
Diperkirakan terdapat sekitar 1000 jenis yang hidup di perairan Indonesia. Mereka menetap di dasar laut, membenam di dalam pasir, lumpur maupun menempel pada batu karang.  Bivalvia melekatkan diri pada substrat dengan menggunakan byssus yang berupa benangbenang yang sangat kuat. Cangkang bivalvia berfungsi untuk melindungi diri dari lingkungan dan predator serta sebagai tempat melekatnya otot. Cangkang bivalvia merupakan engsel secara dorsal dan terbuka di sekitar katup margin ketika terbuka (Meglitsch, 1972).
Bivalvia bernafas dengan menggunakan insang yang terdapat dalam rongga mantel dan memperoleh makanan dengan menyaring partikel-partikel yang terdapat dalam air. Dari semua anggauta Mollusca, bivalvia lebih dikategorikan sebagai deposit feeder ataupun suspension feeder (Ponder, 1998).
Bivalvia tidak memiliki rahang atau radula. Maka makanannya berupa hewan kecil seperti protozoa, diatom, dan sejenis lainnya. Berikut ini adalah contoh variasi cangkang pada Bivalvia:
a. Tiram atau Oyster - Sebagian besar anggotanya memiliki cangkang yang tak beraturan bentuknya karena mengikuti bentuk tempat ia bertumbuh ( umumnya batu ). Contohnya adalah tiram mutiara (Pinctada margarittifera / P.maxima). Ada juga yang memiliki cangkang sangat tipis dan bening ( dalam bahasa Inggris disebut “Capiz“, biasa digunakan sebagai chandelier yang bisa bersuara merdu jika tertiup angin ( salah satunya dari species Placuna placenta).
b. Mussel -  Jenis-jenis kerang yang memiliki serabut perekat untuk bertaut pada bebatuan – mereka juga hidup & tumbuh berkelompok. Contohnya adalah kerang hijau (Perna viridis).
c. Kerang simping atau scallop -  Biasanya memiliki cangkang melebar dan datar (flat) - mereka bisa “berenang” dengan membuka dan mengatupkan cangkangnya. Contohnya adalah Noble Scallop (Pecten nobilis). Cangkang simping umumnya cukup indah untuk digunakan sebagai ornamen atau barang kerajinan.
d. Kima atau clam -  Ada yang bertubuh kecil, maupun sangat besar. Di beberapa tempat, kima terancam kepunahan karena cangkangnya dieksploitasi secara besar-besaran sebagai bahan baku ubin teraso ( di Indonesia ) atau untuk diambil otot aductor-nya sebagai bahan baku aphrodisiac. Beberapa di antaranya juga hidup di air tawar, seperti remis (Corbicula javanica). Dalam bahasa Indonesia beberapa species yang digolongkan sebagai “clam” dalam bahasa Inggris, cukup dipanggil sebagai “kerang” ( sebab dalam bahasa Indonesia, istilah “kima” mengacu pada kerang-kerang berukuran sangat besar ).
e. Cockle - Umumnya memiliki cangkang bergerigi dan bertubuh tidak terlalu besar; contohnya: kerang darah (Anadara granosa) yang biasa disajikan di restoran seafood.


4. Kingdom      : Animalia
Phylum            : Mollusca
Class               : Gastropoda
Ordo                : Pulmonata
Family             : Achatinidae
Genus             : Achatina
Species           : Achatina fulica
     
Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Tubuh berlendir dan tubuhnya dapat dimasukan dalam cangkok oleh otot columella yang membentang didalam sampai kepuncak diujung cangkok. Variasi cangkoknya bermacam-macam, yaitu pendek, tinggi, kerucut, gelendong, silindris, warna bermacam-macam, permukaan ada yang rata, bergerigi (Buchsbaum, 1984).
Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel atau paru-paru. Gastropoda memakan tanaman hijau, dan cara makannya yaitu dengan membasahi makanan dengan ludahnya. Biasanya sambil berjalan, Gastropoda membasahi jejaknya dengan ludahnya agar makanan yang terdapat pada lintasan jalannya bisa menempel dan ia dapat makan  setelahnya. Gastropoda selalu masuk ke dalam cangkangnya dan bersembunyi apabila merasa terancam. Hal itu merupakan salah satu bentuk sistem pertahanan dirinya.

5.  
Karakteristik
Nautiloidea
Sepioidea
Teuthoidea
Octopoda
Bentuk tubuh
Memiliki bentuk tubuh yang pipih
Bertubuh pipih. Mempunyai 8 tangan dan 2 tentakel (Sherman & sherman, 1970).
Kepala terletak di bagaian ventral serta memiliki dua mata yang besar dan tidak berkelopak. Mempunyai 8 tangan dan 2 tentakel.
Mempunyai 8 tangan, tubuhnya sangat fleksibel, Selubung bagian perut tubuh gurita disebut mantel yang terbuat dari otot dan terlihat seperti kantung.
Cangkang
Cangkang terdapat di luar terbuat dari kapur, spiral dan berseptum. Cangkang nautilus terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan terluar dan lapisan mutiara di bagian dalam.
Cangkang di dalam tubuh terbuat dari kapur. Tebal dan besar.
Cangkang hanya terdiri atas sisa proostracum yang ringan transparan dari zat tunduk=pen.
tidak memiliki cangkang
Mekanisme pertahanan diri
Untuk menghindari predator pada siang hari, nautilus memiliki sebuah lingers sepanjang lereng terumbu dalam, sehingga  dapat masuk sedalam 2.000 kaki.
mempunyai kantong tinta yang menghasilkan cairan tinta hitam yang akan disemburkan dalam keadaan bahaya
Bila merasa terancam mereka akan berenang mundur dengan cepat atau menyemburkan tinta berwarna hitam kecoklat-coklatan dari kantung tinta.
Mempertahankan diri dengan menyemburkan tinta dari kantung tinta, kamuflase (penyamaran) dan memutuskan lengan, serta meniru bentuk hewan laut berbahaya seperti lionfish dan belut berkat tubuh yang lentur dipadukan dengan kemampuan berganti warna.
Reproduksi
Memiliki sistem reproduksi seksual atau kawin.
Bereproduksi dengan cara kawin.
Berkembang biak secara kawin. Alat kelaminnya terpisah (diocieus), masing-masing alat kelamin terdapat di dekat ujung rongga mantel denag saluran yang terbuka kea rah corong sifon. Hewan ini umumnya memijah satu kali dan biasanya mati setelah melakukan reproduksi.
Bereproduksi dengan meletakkan kantong spermatofora ke dalam rongga mantel betina menggunakan lengan istimewa yang disebut hectocotylus.
Cara makan
Memiliki trailing tentakel dalam mencari makanan.
Memiliki tentakel-tentakel yang digunakan untuk menangkap mangsa.
Berburu mangsa yang berupa ikan-ikan kecil dan crustacea pada malam hari (Russel- Hunter, 1979).
Menangkap mangsa dengan alat penghisap berupa bulatan-bulatan cekung pada lengan.
Pergerakan
Nautilus berenang sampai dekat permukaan air pada malam hari, beristirahat didasar laut saat siang hari.


Octopus dapat berenang dengan semprotan air, namun lebih banyak merayap diatas batu. Beberapa Octopus pelagis yang tidak menggunakan semprotan air untuk berenang, tapi dengan tangan-tan gan yang dihubungkan semacam selaput seperti payung dan berenang seperti ubur-ubur.


6. Kelinci laut adalah sebutan untuk hewan yang memiliki kepala bertentakel, yang sangat sensitif terhadap sentuhan, rasa, dan bau. Seperti siput darat, ia memiliki rhinophora berbentuk seperti pentungan dan berperan untuk mendeteksi bau. Bentuk dewasanya tidak memiliki cangkang atau operculum. Semua anggotanya hermaprodit, tetapi jarang melakukan pembuahan sendiri.
Nudibranchia adalah kelompok siput air terbesar dari ordo Opisthobranchia. Anggotanya lebih dari 3.000 spesies. Nudibranchia  karnivora, Beberapa memangsa spons, yang lain Hydroida atau Bryozoa. Dan beberapa lainnya kanibal, memakan siput air lainnya, dan pada situasi tertentu, bahkan anggota spesies mereka sendiri. Bentuk tubuh bervariasi. Ukuran berkisar antara 40 hingga 600 mm. Kebanyakan Nudibranchia memiliki rumbai insang di bagian posterior tubuhnya, sementara yang lain memiliki tonjolan-tonjolan tentakel yang disebut dengan serata. Pada bagian anterior terdapat organ mirip antena yang disebut dengan rhinopore yang sensitif terhadap sentuhan, bau dan rasa.
Mereka terdapat di seluruh dunia pada semua kedalaman, tetapi mereka mencapai ukuran terbesar dan bervariasi pada perairan hangat dan dangkal.
Di antara mereka, dapat ditemukan makhluk paling berwarna-warni di bumi. Karena siput air, karena evolusi, telah kehilangan cangkang mereka, mereka perlu mencari cara melindungi diri: yaitu kamuflase, melalui warna yang membuat mereka tidak kelihatan atau menakuti predator karena mereka rasanya tidak enak atau beracun.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Chiton diakses pada hari Rabu, tanggal 7 November 2012.
Anonim. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Bivalvia diakses pada hari Rabu, tanggal 7 November 2012.
http://akbargalung.wordpress.com/2011/04/20/biologi/ diakses pada 7 Desember 2011, pukul 19.22 WIB.
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/12/phylum-mollusca/ diakses pada 7 November 2012, pukul 21.55 WIB.
http://lizahbiologi.wordpress.com/page/2/ diakses pada 7 November 2012, pukul 20.26 WIB.
http://niecham.wordpress.com/ diakses pada 7 November 2012, pukul 18.30 WIB.
Meglitsch, P.A. 1972. Invertebrata Zoology. Oxford University Press. London
Ponder, W.F. 1998. Clasification of Mollusca in Beesley, P.L., G.J.B. Ross & A. Wells. (eds). Mollusca: The Southern Syntetsis, Fauna of Australia. Vol.5. CSIRO. Publising. Melbourn

Selasa, 30 Oktober 2012

mikrobiologi Perhitungan Jumlah Bakteri




PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI
Laporan Praktikum Mkrobiologi Air (BDI206)


Disusun oleh
Surya Edma Syaputra
1114111051



logo unila.jpg


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012


HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa    : Surya Edma Syaputra
NPM                           : 1114111051
Program Study         : Budidaya Perairan
Fakultas                     : Pertanian
Judul Praktikum       :Perhitungan Jumlah Bakteri
Tempat                       : Laboratorium Budidaya Perairan
Waktu Praktikum      : selasa, 23 Oktober 2012
Kelompok                  : 2 (dua)

       Bandar Lampung, 29 Oktober 2012


    ____________________

Catatan
 Nilai




LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AIR (BDI206)
PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI
Disusun oleh
Surya Edma Syaputra (NPM.1114111051)
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
Abstrak
Untuk mengetahui jumlah bakteri dalam suatu tempat maka perlu dilakukanlah yang namanya perhitungan. Perhitungan jumlah bakteri dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode Standart Plate Count dan Metode Turbidimetri. Masing-masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan pada metode Plate Count adalah Hanya sel yang masih hidup yang hidup yang dihitung, beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus; kekurangannya hasil hitungannya tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni. Kelebihan turbidimetri adalah kepekaan lebih tinggi, sistemnya relatif mudah; kekurangannya hanya dapat digunakan untuk larutan dengan konsentrasi rendah. Tujuan pada praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu dan mengetahui cara perhitungan jumlah sel dari biakan suatu bakteri.

Kata kunci: Spektrofotometri, Plate Count, Colony Forming Unit

A.  PENDAHULUAN
Mikroba merupakan organisme yang sangat kecil. Untuk mengetahui banyaknya mikroba misalnya bakteri pada suatu sample sangat tidak mungkin bila kita tidak menggunakan metode penghitungan. Dalam dunia mikrobiologi, mikroba seperti bakteri dapat diperkirakan jumlahnya dengan suatu metode penghitungan. Terdapat dua metode penghitungan bakteri yaitu metode hitungan mikroskopis langsung (direct microscopis count) dan metode hitungan tak langsung (indirect count) dengan hitungan cawan, baik dengan metode penyebaran maupun metode penuangan.
Dalam aplikasinya pengetahuan mengenai jumlah bakteri penting untuk mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam sampel tersebut. Penghitungan bakteri secara langsung memiliki banyak kelemahan yaitu tidak dapat membedakan sel mati dan sel hidup, selain itu penghitungannya rumit karena sel bakteri sangat kecil dan berjumlah banyak. Oleh karena itu dalam praktikum ini dikaji cara menghitung jumlah sel dan biakan suatu bakteri.
B.  TINJAUAN PUSTAKA
Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme yang lainnya dan biasanya lebih mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel dan bukanlah dilihat. Dari pertambahan jumlah individu mikroorganisme tersebut. Suatu proses pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah atau massa yang melebihi dari yang ada di dalam inokulum asalnya (Volk, 1993).
Dalam percobaan tentang perhitungan jumlah mikroba digunakan metode total plate count (TPC).metode ini merupakan analisis untuk menguji cemaran mikroba dengan menggunakan metode pengenceran dan metode cawan tuang. Metode cawan tuang adalah metode per plate. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml larutan garam fisiologis, larutan yang digunakan sekitar 1 ml suspense ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (nutrient agar), NA / media penyubur merupakan nutrisi untuk makanan mikroba (dwidjoseputro. 2005).
Prinsip metode cawan hitung (Plate Count) adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat lansung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode perhitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena alasan-alasan: Hanya sel yang masih hidup yang dihitung; Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus; dan Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penampakanpertumbuhan spesifik (Ferdias, 1996).

C.  MATERI DAN METODE
Praktikum inidilakukan pada pukul 11.30 WIB di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal23 Oktober 2012. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Spekrofotometer,petridish, akuades, sprayer alkohol, pipet tetes, tabung reaksi, mikropipit, bunsen, sampel air, PBS (phosphate buffer saline), Plate Count Agar (PCA) dalam tabung reaksi, sampel bakteri.
Dalam praktikum ini terdapat dua metode perhitungan, yaitu standart plate count dan Metode Turbidimetri.
Adapun prosedur kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
A.    Standart Plate Count
1.    Diencerkan 3 tabung PCAdalam air mendidih.
2.    Dinginkan agar dalam penangas air (50oC) selama 5-10 menit.
3.    Dituangkan agar kedalam petridish dan biarkan membeku (10-15 menit).  Ditandai petrridengan nama dan tingkat pengenceran.
4.    Dibuat seri pengenceran 10-10 dari sampel bakteri. Pipet 0,1 ml cairan dari masing-masing pengenceran ke dalam petridish yang sesuai..
5.    Digunakan spreader untuk meratakan suspense diatas permukaan lempengan agar.
6.    Dibungkus petridish dengan kertas pembungkus dan mesukkan kedalam inkubator 350 C dalam posisi terbalik, inkubasi selama 24-48 jam.
7.    Dihitung koloni pada petri yang mempunyai kisaran 24-48 jam.
8.    Dihitung jumlah bakteri hidup dengan cara mengalihkan faktor pengenceran yang digunakan dengan 10 (karenavolume suspense bakteri yang dimasukkan ke dalam petri hanya 0,1 ml).
9.    Dihasil akhir pengalian merupakan jumlah bakteri yang hidup dalam satuan colony-forming unit/ml (CFU/ml).
B.    Metode Turbidimeter
1.    Dibuat larutan standar Mc Farland (lampiran).
2.    Dinyalakan alat spektrofotometer.
3.    Diukur absorbansi dari masing-masing larutan Mc Farland pada panjang gelombang 550-600.
4.    Dibuat kurve regresi dimana Y= kepadatan bakteri (sel/ml) dan X= absorbansi (gunakan kalkulator Casio).
5.    Diukur absorbansi suspensi bakteri pada panjang gelombang 550-600 nm.
6.    Dimasukkan hasil absorbansi suspensi bakteri ke dalam rumus regresi, hasilnya adalah jumlah kepadatan semua sel bakteri dalam suspensi dengan satuan sel/ml.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan
No.
Pengenceran Sampel
Volume yang Digunakan
Jumlah Koloni
CFU/ml
1
10-1
25 ml
196
0,784
2
10-2
25 ml
83
3,32
3
10-3
25 ml
221
88,4
4
10-4
25 ml
129
516
5
10-5
25 ml
87
3.480
6
10-6
25 ml
56
2.240
1ml = 100 µl
Pembahasan
Cara perhitungan diatas menggunakan perhitungan CFU/ml
CFU/ml
Pada perhitungan ini, jumlah mikroba dalam sampel ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Satuan yang  digunakan untuk menyatakan jumlah koloni atau bakteri adalah cfu/mL (cfu = colony forming units).
No.
Nama Sampel
Absorbansi
Tingkat Kepadatan
1
Air Laut
0,593
1.489.760.000
2
Air PDAM
0,774
1.963.980.000
3
Air sumur
1,210
3.170.136.100.000
4
Air Kolam
0,567
1.421.640.000
5
Air Tambak Udang
0,225
525.600.000
6
Air Limbah Ikan Lele
0,979
2.501.080.000
7
Air Aquarium
1,236
3.238.256.100.000

Praktikum kali ini, praktikan melakukan perhitungan jumlah bakteri dengan menggunakan metode perhitung koloni di cawan petri ( Plate count)  dan menggunakan alat spektofotometer. Kedua metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dan terkadang kedua metode ini menghasilkan perhitungan yang mirip tetapi kedua metode ini memiliki perbedaan prinsip dalam perhitungannya. Pertama,saya akan menjelaskan mengenai metode Plate Count. Metode ini merupakan metode penaksiran jumlah kepadatan bakteri secara tidak langsung dan informasi yang didapatkan hanya jumlah bakteri yang hidup saja, bakteri yang mati tidak ikut dihitung. Metode ini pun didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya
. Dalam perhitungan jumlah bakteri dengan metode ini juge memiliki syarat dalam perhitungannya. Persyaratannya sebagai berikut :
a. Satu koloni dihitung 1 koloni.
b. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
c. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
d. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
e. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidah dihitung.
f. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni
.
Jumlah koloni yang diperoleh dengan menggunakan metode ini tidak hanya bergantung pada jumlah inokulum tetapi juga kesesuaian media dan kondisi inkubasi yang digunakan dan juga bergantung pada lama waktu inkubasi. Sel yang ditumbuhkan pada media tidak seluruhnya akan tumbuh menjadi koloni pada tingkat yang sama, dan jika waktu inkubasi yang digunakan pendek maka jumlah koloni yang diperoleh mungkin lebih rendah dari jumlah maksimum koloni yang dapat terbentuk. Sebagai catatan sangat mungkin dua atau lebih sel dapat membentuk hanya satu koloni, sehingga untuk menggambarkan hasil yang didapatkan maka viable count lebih dinyatakan sebagai jumlah colony-forming unit dibanding dinyatakan sebagai jumlah viable cell (karena koloni yang terbentuk mungkin mengandung lebih dari satu sel mikroba).
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Khopkar, 1990).
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999).
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada besarnya nilai absorbsi suatu zat terhadap radiasi sinar elektromagnetik. Prinsip kerja spektrofotometri adalah dengan menggunakan spektrofotometer yang pada umumnya terdiri dari unsur-unsur seperti sumber cahaya, monokromator, sel, fotosel, dan detektor. Sumber radiasi spektrofotometer dapat digunakan lampu deuterium untuk radiasi di daerah sinar ultraviolet sampai 350 nm, atau lampu filamen untuk sinar tampak sampai inframerah. Sinar yang dikeluarkan sumber radiasi merupakan sinar polikromatis, sehingga harus dibuat menjadi sinar monokromatis oleh monokromator. Radiasi yang melewati monokromator diteruskan ke zat yang akan diukur dan sebagian radiasinya akan diserap oleh zat tersebut. Zat yang  akan  diukur nilai  absorbannya diletakkan pada sel dengan wadah kuvet. Sinar yang diteruskan akan mencapai fotosel dan energi sinar diubah menjadi energi listrik (Khopkar,1990).

E.    KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1.     Bakteri dapat dihitung dengan dua metode, yaitu dengan Standart Plate Count dan Spektrofotometri
2.     Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada besarnya nilai absorbsi suatu zat terhadap radiasi sinar elektromagnetik.
3.     Prinsip metode cawan hitung (Plate Count) adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat lansung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. 
4.     Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Adapun saran setelah melakukan praktikum ini adalah:
1.      Asdos mampu mengondisikan para praktikan agar tenang
2.    Harapannya kedepan laboratorium dapat lebih memadai lagi baik dari segi alat maupun bahan.

DAFTAR PUSTAKA

Volk, dan Wheeler., 1993, Dasar- Dasar Mikrobiologi, Erlangga, Jakarta.
Dwidjoseputro, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara, Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.






















LAMPIRAN











N
o.
Pengenceran Sampel
Volume yang Digunakan
Jumlah Koloni
CFU/ml
1
10-1
25 ml
196
0,784
2
10-2
25 ml
83
3,32
3
10-3
25 ml
221
88,4
4
10-4
25 ml
129
516
5
10-5
25 ml
87
3.480
6
10-6
25 ml
56
2.240

1ml = 100 µl
Rumus:
CFU/ml  
Perhitungan:
CFU/ml 
CFU/ml 
CFU/ml 
CFU/ml 
CFU/ml 
CFU/ml 



Itungan ini diperiksa lagi ya soalnya kayaknya udah nyesatin banyak orang kekeke
No.
Nama Sampel
Pengenceran
Jumlah Bakteri (CFU/ml)
1
Air Laut
10-1
TBH
10-2
TBH
10-3
TBH
2
Air PDAM
10-1
TBH
10-2
TBH
10-3
TBH
3
Air Sumur
10-1
TBH
10-2
TBH
10-3
TBH
4
Air Kolam
10-1
TBH
10-2
TBH
10-3
TBH
5
Air Tambak Udang
10-1
TBH
10-2
TBH
10-3
TBH
6
Air Limbah Ikan Lele
10-1
TBH
10-2
TBH
10-3
TBH
7
Air Aquarium
10-1
TBH
10-2
TBH
10-3
TBH
Keterangan: TBH = Tidak Bisa Dihitung