Rabu, 14 November 2012

Laporan mollusca 1




MOLLUSCA 1
(Laporan Avertebrata Air)




Oleh
Surya Edma Syaputra
1114111051





JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012





SOAL :
1.    Kelas Polyplacophora – Chiton sp.
Bagaimana chiton merespon cahaya dan atau sentuhan ?
Bagaimana chiton bergerak ?
Bagaimana chiton melindungi diri dari predator dan lingkungan yang keras ?
2.    Kelas Scaphopoda
Bagaimana scaphopoda berorientasi terhadap sedimen ? Tunjukkan bagian anterior dan posteriornya dengan gambar ilustrasi (berdasarkan buku teks) lalu beri keterangan !
3.    Kelas Bivalvia – Pinctada sp., Mytilus sp., Tridacna sp., Amusium sp., Pecten sp. Tuliskan berbagai variasi cangkang bivalvia pada berbagai family yang ditemui saat praktikum. Seperti ukuran, simetri, bentuk dan lain-lain !
4.    Kelas Gastropoda – Haliotis sp., Pomacea sp., Conus sp., Strombus sp. Amati satu spesies Gastropoda lalu gambar dan buat catatan tentang morfologi, alat sensor, organ respirasi, pergerakan, kebiasaan makan dan mekanisme pertahanan dirinya !
5.    Kelas Cephalopoda – Nautilus sp., Sepia sp., Loligo sp., Octopus sp. Buatlah tabel yang membandingkan subkelas nautiloidea, ordo Sepioidea, ordo Teuthoidea dan ordo Octopoda mengenai :
a.    Bentuk tubuh
b.    Cangkang
c.    Mekanisme pertahanan diri
d.    Reproduksi
e.    Cara makan
f.     Pergerakan
6.    Apa yang anda ketahui tentang “kelinci laut”, sebutkan nama ilmiahnya, termasuk dalam kelas apakah hewan tersebut !





JAWAB :
1. Klasifikasi :
Kingdom          : Animalia
Filum               : Mollusca
Kelas               : Amphineura
Ordo                : Polyplacophora
Famili              : Chitondae
Genus             : Chiton
Spesies           : Chiton sp
Chiton sp. merespon cahaya dan sentuhan dengan chiton akan menggulung dirinya untuk melindungi dirinya dari ancaman. Melakukan penggulungan karena bagian dorsalnya terdiri dari cangkang yang keras yang berbentuk seperti genting yang berjumlah 8. Penggulungan ini yang melindungi chiton dari ancaman dari pemangsa karena bagian dorsalnya akan melindungi bagian ventral yang lebih lunak. Pengulungan disebabkan karena adanya alat indra yang berupa esthestes pada bagian epidermis yang jika terkena sentuhan merespon ke sel saraf dan menuju ke otak kemudian di reaksikan dengan gerak menggulung.Esthetes kompleks membentuk ocellus sebagai fotoreseptor yang berguna sebagai rangsangan cahaya yang menyebabkan chiton menggulung pada rangsangan cahaya. esthetes merupakan alat indra utama karena chiton tidak mempunyai alat indara lain. Kemudian Chiton memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan melekat pada batu karang dan cangkang mirip hewan lainnya. Apabila disentuh, akan melekat erat pada batu karang. Hewan ini merayap perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola. Habitat Chiton sp ini adalah di laut, di daerah pantai sampai kedalaman sedang, dan memakan rumput laut dan mikro organisme dari batu karang (Anonim, 2011).
Kaki chiton sp terletak di permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak. Gerak merayap pada spesies ini sangat lambat karena disebabkan oleh gerakan bergelombang otot kaki seperti gerakan yang dimiliki oleh Bekicot. Bagian yang digunakan unutk melekat pada substrat adalah kaki dan gelang. Pada dasarnya kaki digunakan untuk melekat namun apabila ia diganggu, maka gelang yang berperan juga untuk melekat. Habitatnya di bawah laut. Habitat di bawah batu karang. Aktifitasnya dengan menggunakan sebagian dilakukan pada malam hari.
Chiton melindungi diri dari predator dengan cara membentuk cangkang. Dan cangkangnya tersusun seperti genting ( beberapa di antaranya memiliki ornamen duri-duri ), Ruang mantel dengan permukaan dorsal, tertutup oleh 8 papan berkapur . Dengan cangkangnya tersebut chiton dapat berlindung dari gangguan hewan lain dilingkungan tempat tinggalnya.

2. Scaphopoda merupakan kelas terkecil dari Mollusca. Hewan ini hanya hidup di laut atau di pantai yang berlumpur. Cangkangnya tajam, berbentuk silinder, taring, belalai atau terompet yang kedua ujungnya terbuka, karena disesuaikan dengan tempat hidupnya, yaitu di laut dan terpendam di dalam pasir / lumpur. Warna yang paling sering adalah putih - coklat atau putih - hijau. Cangkang ini berfungsi untuk melindungi tubuhnya yang sangat lunak. Hewan ini mempunyai kebiasaan membenamkan diri di pasir pantai.
Scaphopods bergerak dan mencari makanan dengan membenamkan kepala mereka kedalam sedimen. Untuk melakukan hal ini, hewan tersebut mengeluarkan otot kakinya, kemudian memperluas otot cakram yang mengelilingi ujung kaki. Setelah tersebar seperti jangkar scaphopod mulai menarik mangsa. Kaki untuk menggali lubang, disekitar mulut ada beberapa tentakel yang kontraktil dan bersilia disebut captula dengan ujung yang menjulur.
Salah satu spesies dari Scaphopods adalah Dentalium. Berikut adalah klasifikasinya :
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Mollusca
Class               : Scaphopoda
Ordo                :
Family             :
Genus             : Dentalium
Species           : Dentalium sp
Dentalium hidup dengan membenamkan tubuhnya di lumpur atau pasir. Tubuh ramping dan memanjang dorsoventral yang memudahkannya untuk membenamkan dirinya di sedimen. Tubuhnya diselubungi oleh mantel yang menghasilkan cangkok berbentuk tubular. Cangkok terbuka ujungnya, melengkung dan meruncing. Kakinya untuk menggali lubang sehingga ia dapat mengubur atau membenamkan tubuhnya. Disekitar mulut ada beberapa tentakel yang kontraktil dan bersilia disebut captula dengan ujung yang menjulur yang membuat kaki Dentalium dapat bergerak di lumpur atau sedimen walaupun kakinya terbenam. Dentalium memakan mikroplankton dan organisme kecil lainnya disekitar ia tinggal. Scaphopods bergerak dan mencari makanan dengan membenamkan kepala mereka kedalam sedimen. Untuk melakukan hal ini, hewan tersebut mengeluarkan otot kakinya, kemudian memperluas otot cakram yang mengelilingi ujung kaki. Setelah tersebar seperti jangkar scaphopod mulai menarik mangsa.
Berikut ini adalah bagian anterior dan posterior dengan ilustrasi gambar
3. Pada kelas Bivalvia, Bivalvia mempunyai dua keping cangkang yang setangkup yang diikat oleh ligamen sebagai pengikat yang kuat dan elastis. Ligamen ini biasanya selalu terbuka, apabila diganggu, maka akan menutup. Jadi, membuka dan menutupnya cangkang diatur oleh ligamen yang dibantu oleh dua macam otot, yaitu pada bagian anterior dan posterior. Berfungsi seperti engsel untuk membuka dan menutup cangkang dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot. Cangkang tersusun dari lapisan periostrakum, prismatik, dan nakreas. Pada tiram mutiara, jika di antara mantel dan cangkangnya masuk benda asing seperti pasir, lama-kelamaan akan terbentuk mutiara Tampak garis konsentris yang sejajar, garis ini disebut sebagai garis pertumbuhan yang menunjukkan masa pertumbuhan lamban atau tidak ada pertumbuhan. Garis ini berselang-seling dengan pita pertumbuhan yang menunjukkan pertumbuhan cepat. Semakin banyak garis dan pita pertumbuhan, maka makin tua umur hewan tersebut. Bagian cangkang yang paling tua biasanya paling tebal, menonjol, letaknya pada bagian persendiaan yang disebut umbo. Pada bagian posterior cangkang ada dua macam celah yang disebut sifon. Celah yang berada di dekat anus dinamakan sifon, berfungsi untuk keluar masuknya air dan zat-zat sisa. Sebaliknya sifon masuk terletak di bagian sebelah bawah sifon keluar yang berfungsi untuk masuknya oksigen, air, dan makanan (Anonim, 2011).
Diperkirakan terdapat sekitar 1000 jenis yang hidup di perairan Indonesia. Mereka menetap di dasar laut, membenam di dalam pasir, lumpur maupun menempel pada batu karang.  Bivalvia melekatkan diri pada substrat dengan menggunakan byssus yang berupa benangbenang yang sangat kuat. Cangkang bivalvia berfungsi untuk melindungi diri dari lingkungan dan predator serta sebagai tempat melekatnya otot. Cangkang bivalvia merupakan engsel secara dorsal dan terbuka di sekitar katup margin ketika terbuka (Meglitsch, 1972).
Bivalvia bernafas dengan menggunakan insang yang terdapat dalam rongga mantel dan memperoleh makanan dengan menyaring partikel-partikel yang terdapat dalam air. Dari semua anggauta Mollusca, bivalvia lebih dikategorikan sebagai deposit feeder ataupun suspension feeder (Ponder, 1998).
Bivalvia tidak memiliki rahang atau radula. Maka makanannya berupa hewan kecil seperti protozoa, diatom, dan sejenis lainnya. Berikut ini adalah contoh variasi cangkang pada Bivalvia:
a. Tiram atau Oyster - Sebagian besar anggotanya memiliki cangkang yang tak beraturan bentuknya karena mengikuti bentuk tempat ia bertumbuh ( umumnya batu ). Contohnya adalah tiram mutiara (Pinctada margarittifera / P.maxima). Ada juga yang memiliki cangkang sangat tipis dan bening ( dalam bahasa Inggris disebut “Capiz“, biasa digunakan sebagai chandelier yang bisa bersuara merdu jika tertiup angin ( salah satunya dari species Placuna placenta).
b. Mussel -  Jenis-jenis kerang yang memiliki serabut perekat untuk bertaut pada bebatuan – mereka juga hidup & tumbuh berkelompok. Contohnya adalah kerang hijau (Perna viridis).
c. Kerang simping atau scallop -  Biasanya memiliki cangkang melebar dan datar (flat) - mereka bisa “berenang” dengan membuka dan mengatupkan cangkangnya. Contohnya adalah Noble Scallop (Pecten nobilis). Cangkang simping umumnya cukup indah untuk digunakan sebagai ornamen atau barang kerajinan.
d. Kima atau clam -  Ada yang bertubuh kecil, maupun sangat besar. Di beberapa tempat, kima terancam kepunahan karena cangkangnya dieksploitasi secara besar-besaran sebagai bahan baku ubin teraso ( di Indonesia ) atau untuk diambil otot aductor-nya sebagai bahan baku aphrodisiac. Beberapa di antaranya juga hidup di air tawar, seperti remis (Corbicula javanica). Dalam bahasa Indonesia beberapa species yang digolongkan sebagai “clam” dalam bahasa Inggris, cukup dipanggil sebagai “kerang” ( sebab dalam bahasa Indonesia, istilah “kima” mengacu pada kerang-kerang berukuran sangat besar ).
e. Cockle - Umumnya memiliki cangkang bergerigi dan bertubuh tidak terlalu besar; contohnya: kerang darah (Anadara granosa) yang biasa disajikan di restoran seafood.


4. Kingdom      : Animalia
Phylum            : Mollusca
Class               : Gastropoda
Ordo                : Pulmonata
Family             : Achatinidae
Genus             : Achatina
Species           : Achatina fulica
     
Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Tubuh berlendir dan tubuhnya dapat dimasukan dalam cangkok oleh otot columella yang membentang didalam sampai kepuncak diujung cangkok. Variasi cangkoknya bermacam-macam, yaitu pendek, tinggi, kerucut, gelendong, silindris, warna bermacam-macam, permukaan ada yang rata, bergerigi (Buchsbaum, 1984).
Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel atau paru-paru. Gastropoda memakan tanaman hijau, dan cara makannya yaitu dengan membasahi makanan dengan ludahnya. Biasanya sambil berjalan, Gastropoda membasahi jejaknya dengan ludahnya agar makanan yang terdapat pada lintasan jalannya bisa menempel dan ia dapat makan  setelahnya. Gastropoda selalu masuk ke dalam cangkangnya dan bersembunyi apabila merasa terancam. Hal itu merupakan salah satu bentuk sistem pertahanan dirinya.

5.  
Karakteristik
Nautiloidea
Sepioidea
Teuthoidea
Octopoda
Bentuk tubuh
Memiliki bentuk tubuh yang pipih
Bertubuh pipih. Mempunyai 8 tangan dan 2 tentakel (Sherman & sherman, 1970).
Kepala terletak di bagaian ventral serta memiliki dua mata yang besar dan tidak berkelopak. Mempunyai 8 tangan dan 2 tentakel.
Mempunyai 8 tangan, tubuhnya sangat fleksibel, Selubung bagian perut tubuh gurita disebut mantel yang terbuat dari otot dan terlihat seperti kantung.
Cangkang
Cangkang terdapat di luar terbuat dari kapur, spiral dan berseptum. Cangkang nautilus terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan terluar dan lapisan mutiara di bagian dalam.
Cangkang di dalam tubuh terbuat dari kapur. Tebal dan besar.
Cangkang hanya terdiri atas sisa proostracum yang ringan transparan dari zat tunduk=pen.
tidak memiliki cangkang
Mekanisme pertahanan diri
Untuk menghindari predator pada siang hari, nautilus memiliki sebuah lingers sepanjang lereng terumbu dalam, sehingga  dapat masuk sedalam 2.000 kaki.
mempunyai kantong tinta yang menghasilkan cairan tinta hitam yang akan disemburkan dalam keadaan bahaya
Bila merasa terancam mereka akan berenang mundur dengan cepat atau menyemburkan tinta berwarna hitam kecoklat-coklatan dari kantung tinta.
Mempertahankan diri dengan menyemburkan tinta dari kantung tinta, kamuflase (penyamaran) dan memutuskan lengan, serta meniru bentuk hewan laut berbahaya seperti lionfish dan belut berkat tubuh yang lentur dipadukan dengan kemampuan berganti warna.
Reproduksi
Memiliki sistem reproduksi seksual atau kawin.
Bereproduksi dengan cara kawin.
Berkembang biak secara kawin. Alat kelaminnya terpisah (diocieus), masing-masing alat kelamin terdapat di dekat ujung rongga mantel denag saluran yang terbuka kea rah corong sifon. Hewan ini umumnya memijah satu kali dan biasanya mati setelah melakukan reproduksi.
Bereproduksi dengan meletakkan kantong spermatofora ke dalam rongga mantel betina menggunakan lengan istimewa yang disebut hectocotylus.
Cara makan
Memiliki trailing tentakel dalam mencari makanan.
Memiliki tentakel-tentakel yang digunakan untuk menangkap mangsa.
Berburu mangsa yang berupa ikan-ikan kecil dan crustacea pada malam hari (Russel- Hunter, 1979).
Menangkap mangsa dengan alat penghisap berupa bulatan-bulatan cekung pada lengan.
Pergerakan
Nautilus berenang sampai dekat permukaan air pada malam hari, beristirahat didasar laut saat siang hari.


Octopus dapat berenang dengan semprotan air, namun lebih banyak merayap diatas batu. Beberapa Octopus pelagis yang tidak menggunakan semprotan air untuk berenang, tapi dengan tangan-tan gan yang dihubungkan semacam selaput seperti payung dan berenang seperti ubur-ubur.


6. Kelinci laut adalah sebutan untuk hewan yang memiliki kepala bertentakel, yang sangat sensitif terhadap sentuhan, rasa, dan bau. Seperti siput darat, ia memiliki rhinophora berbentuk seperti pentungan dan berperan untuk mendeteksi bau. Bentuk dewasanya tidak memiliki cangkang atau operculum. Semua anggotanya hermaprodit, tetapi jarang melakukan pembuahan sendiri.
Nudibranchia adalah kelompok siput air terbesar dari ordo Opisthobranchia. Anggotanya lebih dari 3.000 spesies. Nudibranchia  karnivora, Beberapa memangsa spons, yang lain Hydroida atau Bryozoa. Dan beberapa lainnya kanibal, memakan siput air lainnya, dan pada situasi tertentu, bahkan anggota spesies mereka sendiri. Bentuk tubuh bervariasi. Ukuran berkisar antara 40 hingga 600 mm. Kebanyakan Nudibranchia memiliki rumbai insang di bagian posterior tubuhnya, sementara yang lain memiliki tonjolan-tonjolan tentakel yang disebut dengan serata. Pada bagian anterior terdapat organ mirip antena yang disebut dengan rhinopore yang sensitif terhadap sentuhan, bau dan rasa.
Mereka terdapat di seluruh dunia pada semua kedalaman, tetapi mereka mencapai ukuran terbesar dan bervariasi pada perairan hangat dan dangkal.
Di antara mereka, dapat ditemukan makhluk paling berwarna-warni di bumi. Karena siput air, karena evolusi, telah kehilangan cangkang mereka, mereka perlu mencari cara melindungi diri: yaitu kamuflase, melalui warna yang membuat mereka tidak kelihatan atau menakuti predator karena mereka rasanya tidak enak atau beracun.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Chiton diakses pada hari Rabu, tanggal 7 November 2012.
Anonim. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Bivalvia diakses pada hari Rabu, tanggal 7 November 2012.
http://akbargalung.wordpress.com/2011/04/20/biologi/ diakses pada 7 Desember 2011, pukul 19.22 WIB.
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/12/phylum-mollusca/ diakses pada 7 November 2012, pukul 21.55 WIB.
http://lizahbiologi.wordpress.com/page/2/ diakses pada 7 November 2012, pukul 20.26 WIB.
http://niecham.wordpress.com/ diakses pada 7 November 2012, pukul 18.30 WIB.
Meglitsch, P.A. 1972. Invertebrata Zoology. Oxford University Press. London
Ponder, W.F. 1998. Clasification of Mollusca in Beesley, P.L., G.J.B. Ross & A. Wells. (eds). Mollusca: The Southern Syntetsis, Fauna of Australia. Vol.5. CSIRO. Publising. Melbourn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar